Blue carbon (karbon biru)

Menggali Potensi Karbon Biru Indonesia: Solusi Iklim dari Ekosistem Pesisir
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan ekosistem pesisir yang luar biasa. Di balik keindahan hutan mangrove, padang lamun, dan rawa payau, tersimpan potensi besar dalam upaya penanggulangan krisis iklim. Potensi ini dikenal sebagai karbon biru karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut.
Apa Itu Karbon Biru?
Karbon biru merujuk pada karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun (seagrass), dan rawa payau (salt marshes). Ekosistem ini menyerap karbon dari atmosfer dan menguncinya dalam bentuk biomassa tumbuhan maupun sedimen tanah, menjadikannya salah satu alat alami paling efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Potensi Karbon Biru Global dan Indonesia
Secara global, potensi karbon biru diperkirakan mencapai 235–450 TgC per tahun, setara dengan 0,8–1,6 GtCO₂ per tahun. Indonesia sendiri merupakan negara dengan ekosistem karbon biru terbesar di dunia:
- Mangrove:
- Luas: 3.321.288 hektar
- Potensi penyerapan karbon: 7,5 TgC/tahun
- Setara: 30 juta ton CO₂/tahun
- Lamun:
- Luas: 131.047 hektar
- Potensi penyerapan karbon: 0,2 TgC/tahun
- Setara: 0,7 juta ton CO₂/tahun
Ekosistem ini tidak hanya berfungsi sebagai penyerap karbon, tetapi juga memberikan manfaat ekologis penting seperti melindungi garis pantai dari abrasi, menyerap energi gelombang, dan menjadi habitat penting bagi berbagai jenis biota laut.
Bagaimana Karbon Biru Diukur?
Pengukuran stok karbon dilakukan dengan metode ilmiah langsung di lapangan. Beberapa tahapannya meliputi:
- Penentuan plot sampling: bisa secara acak, sistematis, atau tegak lurus garis pantai.
- Pengukuran biomassa:
- Untuk mangrove: diameter batang (DBH) dan tinggi pohon.
- Untuk lamun: tunas, rimpang, dan pengukuran berat basah dan kering.
- Pengambilan sampel tanah: Menggunakan alat coring atau bor untuk mengukur karbon dalam sedimen.
- Analisis laboratorium:
- Biomassa dihitung berdasarkan persamaan alometrik.
- Kandungan karbon tanah dianalisis dengan CHN analyzer.
Tantangan: Deforestasi dan Degradasi
Meski potensinya besar, Indonesia juga menghadapi ancaman serius. Berdasarkan data baseline:
- Total ekosistem mangrove: 3,49 juta hektar
- Kondisi baik: 1,6 juta hektar
- Rusak: 1,8 juta hektar
Degradasi mangrove dan lamun berisiko melepaskan karbon yang telah tersimpan selama ratusan tahun kembali ke atmosfer, menjadi sumber emisi baru.
Solusi: Proteksi dan Restorasi
Untuk menjaga dan mengoptimalkan peran karbon biru, Indonesia perlu:
- Melindungi ekosistem mangrove dan lamun yang masih utuh.
- Melakukan rehabilitasi kawasan yang rusak.
- Mengintegrasikan pendekatan karbon biru ke dalam kebijakan pesisir, seperti Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K).
- Mendorong penelitian, pendanaan, dan kolaborasi lintas sektor.
Karbon biru adalah aset strategis Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim baik dari sisi adaptasi maupun mitigasi. Memahami, melindungi, dan mengelola ekosistem pesisir secara berkelanjutan bukan hanya pilihan, tetapi keharusan jika kita ingin mewariskan bumi yang layak huni bagi generasi mendatang.
sumber :
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.