Berita

BMKG Mendesak Implementasi Sistem Informasi Cuaca Ekstrem Berbasis Dampak Bencana untuk Mengurangi Kerugian

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan kebutuhan mendesak akan sistem informasi cuaca ekstrem yang terintegrasi berbasis dampak bencana, bertujuan untuk meminimalkan potensi kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana hidro-meteorologi. Andri Ramdhani, Deputi Meteorologi Publik BMKG, menyatakan bahwa sistem yang diusulkan tidak hanya akan menyajikan prakiraan cuaca secara detail tetapi juga menyediakan peta risiko yang dapat memprediksi bencana seperti tanah longsor, banjir bandang, dan angin puting beliung dengan lebih akurat.

Menurut Andri, keakuratan informasi ini sangat penting untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat, sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk menghindari dampak bencana. Meskipun sistem ini telah beroperasi secara efektif pada tingkat nasional, melibatkan kerjasama antar lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Badan SAR Nasional (Basarnas), serta dukungan dari TNI dan Polri, implementasinya di tingkat lokal, seperti di provinsi dan kabupaten/kota, masih belum optimal. Hal ini mengakibatkan distribusi informasi yang kurang detail dan merata.

Selain itu, respon awal terhadap peringatan yang diberikan masih sering terlambat, mengakibatkan tingginya kerusakan dan kerugian, baik materiil maupun non-materiil. Tantangan ini diperparah oleh luas dan ragamnya topografi Indonesia yang membuat beberapa wilayah sulit dijangkau, sehingga mempersulit upaya respons cepat dalam mengurangi risiko bencana.

Dalam rangka peningkatan ini, Andri menyatakan bahwa BMKG sedang berupaya memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan otoritas terkait untuk mengembangkan dan menyebarkan sistem ini lebih luas lagi di tahun ini. Fokus utama saat ini adalah penanganan bencana banjir, yang sering kali juga mengakibatkan tanah longsor.

Dari Januari hingga April 2024, Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mencatat beberapa kejadian bencana banjir yang disertai dengan tanah longsor, yang telah berdampak pada ratusan ribu warga, dengan puluhan ribu rumah rusak, serta mengakibatkan kehilangan nyawa. Kejadian terakhir yang mencatatkan dampak signifikan adalah tanah longsor di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang menyebabkan kematian 20 orang.

Baca Juga:  Kabupaten Bantul Percepat Pembangunan Pusat Pengolahan Sampah Terpadu

Inisiatif BMKG untuk memperkuat sistem informasi cuaca ekstrem ini diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam pengelolaan bencana di Indonesia, mengurangi dampak buruk terhadap populasi dan infrastruktur, serta memperbaiki kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana alam di masa depan.

sumber :
https://lestari.kompas.com/read/2024/04/19/180000686/minimalkan-potensi-kerusakan-sistem-analisis-berbasis-dampak-bencana-perlu

Konten Terkait

Back to top button