BRIN Kenalkan Teknologi Tangga Ikan di World Water Forum ke-10
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan teknologi tangga ikan atau fishway sebagai solusi untuk mempertahankan biodiversitas ikan air tawar yang terhambat oleh infrastruktur melintang sungai. Pengumuman ini disampaikan dalam World Water Forum ke-10 di Bali.
Fungsi dan Manfaat Tangga Ikan
Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN, Arif Wibowo, menjelaskan bahwa tangga ikan dirancang untuk memfasilitasi migrasi ikan dari hilir ke hulu dan sebaliknya. Teknologi ini bertujuan untuk merestorasi dan melestarikan sumber daya ikan yang menurun akibat bangunan seperti bendung dan bendungan yang digunakan untuk pembangkit listrik, irigasi, dan penyediaan air bersih.
“Tangga ikan dibangun di sisi kanan atau kiri bangunan melintang sungai, seperti bendung dan bendungan,” kata Arif. Tangga ini terdiri dari saluran dengan sekat-sekat yang mengatur pola aliran air sesuai dengan kondisi ikan lokal. Aliran sungai yang berlebih akan mengalir melalui tangga ikan, memungkinkan ikan untuk menemukan pintu masuk (entrance fishway) di hilir dan melewati tiap sekat hingga keluar di pintu keluar (exit fishway) untuk melanjutkan migrasi.
Dampak Positif terhadap Biodiversitas dan Ketersediaan Sumber Daya
Selain menjaga konektivitas sungai, teknologi tangga ikan memiliki dampak positif dalam melindungi populasi ikan sungai, sehingga biodiversitas dan jumlah ikan dapat terus terjaga. “Populasi ikan yang terjaga akan berdampak positif pada ketersediaan sumber daya protein dari sungai bagi masyarakat sekitar,” ujar Arif.
Implementasi dan Riset
Arif berharap semua bangunan melintang sungai yang baru di Indonesia dilengkapi dengan tangga ikan. Untuk infrastruktur lama yang tidak memiliki tangga ikan dan menunjukkan penurunan populasi ikan, dapat dipasang tangga ikan untuk merestorasi populasi ikan migrasi dan ikan ekonomis penting.
Riset sangat diperlukan untuk memahami biodiversitas ikan lokal, kemampuan berenang, dan karakter biologi spesies serta data hidrologi sungai untuk membuat desain tangga ikan yang tepat. “Meskipun riset terbaru menunjukkan total spesies perikanan darat lebih dari 1.200 spesies, informasi terkait karakter biologi dan kemampuan berenang ikan masih sangat minim,” tambahnya.
Implementasi Global dan Kolaborasi
Negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan Australia telah menerapkan teknologi tangga ikan untuk merestorasi populasi ikan sungai. Kesadaran ini juga mulai meningkat di negara-negara Asia Tenggara seperti Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Di Indonesia, empat bendung atau bendungan telah dilengkapi dengan tangga ikan. Teknologi tangga ikan pertama kali dibangun pada tahun 1991 di Bendung Perjaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan oleh BBWS Sumatera VII Kementerian PUPR dengan tipe pool dan weir fishway. Di Sungai Dharmasraya, Bendung Batanghari memiliki pool passes dan vertical slot fishway yang dibangun oleh BBWS Sumatera V Kementerian PUPR. Selain itu, DAM Poso 1 dan Bendung PLTA Poso 2 di Sulawesi Tengah memiliki fishway vertical slot yang dibangun oleh perusahaan swasta di sektor energi.
BRIN berkolaborasi dengan Charles Sturt University, Kementerian PUPR, perusahaan swasta, dan dinas sumber daya air provinsi, dengan dukungan pendanaan dari Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM), The Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), dan The Australian Water Partnership.
Melalui teknologi tangga ikan, diharapkan populasi ikan sungai dapat terjaga, mendukung keberlanjutan ekosistem, dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.