Berita

Bumi Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Transisi Energi Mendesak Dilakukan

Saat ini, kondisi bumi dianggap sedang tidak baik-baik saja. Perubahan cuaca semakin ekstrem dan sulit diprediksi. Fenomena alam yang aneh menjadi lebih sering, seperti suhu udara yang sangat panas, banjir, dan angin topan. Salah satu contoh dampaknya adalah turbulensi parah yang dialami pesawat Boeing 777-300ER milik Singapore Airlines saat terbang dari London menuju Singapura pada Senin (20/5/2024). Akibatnya, pesawat tersebut terpaksa mendarat darurat di Bangkok, Thailand, pada Selasa (21/5/2024).

Pentingnya Akselerasi Transisi Energi

Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Wiluyo Kusdwiharto, menekankan urgensi akselerasi transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dalam acara EITS DISCUSSION SERIES 2024 bertajuk “Transformasi Hijau Menuju Masa Depan Energi yang Lebih Bersih dan Berkelanjutan” yang diselenggarakan oleh Energy Institute for Transition (EITS) di Ballroom Thamrin Nine, Jakarta, pada Rabu (5/6/2024), Wiluyo menyatakan bahwa fenomena perubahan cuaca ekstrem akan semakin sering terjadi akibat kenaikan temperatur bumi yang dipicu oleh peningkatan emisi karbon.

Trilema Energi: Keamanan, Kelestarian, dan Keterjangkauan

Wiluyo mengingatkan bahwa transisi energi tidak boleh mengabaikan “Trilema Energi” yang mencakup tiga aspek penting dalam infrastruktur energi: keamanan energi (energy security), kelestarian lingkungan (environmental sustainability), dan keterjangkauan harga (affordability). Mengabaikan aspek-aspek ini dapat menyebabkan krisis energi di Indonesia, menghambat pembangunan, dan menurunkan ekonomi masyarakat. “Karena itu, kita harus tetap menuju clean energy tanpa melupakan Trilema Energi,” jelasnya.

Strategi Transisi Energi: Renewable Energy

Menurut Wiluyo, salah satu strategi efektif dalam akselerasi transisi energi adalah membangun energi terbarukan secara bertahap untuk menggantikan energi fosil. Pemerintah sebaiknya memprioritaskan pemanfaatan energi air (hydro energy) dan energi panas bumi (geothermal energy) untuk pembangunan pembangkit listrik. Indonesia memiliki potensi besar dalam kedua jenis energi tersebut.

Baca Juga:  Ini Peran Penting Gen Z dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Potensi Sumber Daya Energi di Indonesia

Di Sumatera, terdapat tiga potensi hydro energy untuk pembangkit listrik masing-masing sebesar 6 gigawatt (GW), 14 GW, dan 6 GW. Selain itu, Sulawesi dan Papua masing-masing memiliki potensi hydro energy sebesar 25 GW. Dalam hal energi panas bumi, Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dengan potensi geothermal energy sebesar 25 hingga 30 GW.

Transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan sangat mendesak dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi bumi dan umat manusia.

sumber :

https://lestari.kompas.com/read/2024/06/06/160000186/bumi-sedang-tidak-baik-baik-saja-transisi-energi-mendesak-dilakukan

Konten Terkait

Back to top button