Artikel

Dampak Buruk Deforestasi untuk Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit

Deforestasi hutan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit menjadi isu yang semakin marak. Jutaan hektar hutan telah ditebang demi kepentingan industri ini. Meskipun industri kelapa sawit memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, dampaknya terhadap lingkungan hidup sangat merugikan. Berikut adalah beberapa dampak utama dari deforestasi yang terjadi akibat pembangunan perkebunan kelapa sawit:

1. Hilangnya Habitat

Pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies yang terancam punah, seperti orangutan dan harimau Sumatra. Menurut laporan dari European Union, perkebunan sawit hanya mampu mendukung sekitar seperlima dari jumlah spesies hewan yang hidup di hutan hujan alami. Hal ini berarti deforestasi untuk pembukaan lahan sawit secara signifikan mengurangi keanekaragaman hayati yang ada sebelumnya.

World Wildlife Fund (WWF) melaporkan bahwa taman nasional seperti Taman Nasional Tesso Nilo di Sumatra, yang dirancang untuk melindungi habitat harimau Sumatra, telah kehilangan 43% wilayahnya akibat penanaman sawit ilegal. Dampak ini mengancam keberlanjutan keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.

2. Polusi Udara

Metode pembakaran hutan untuk pembukaan lahan sawit sering digunakan, menghasilkan asap tebal yang mencemari udara. Pembakaran ini juga melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar ke atmosfer, yang mempercepat perubahan iklim. Selain itu, pembukaan lahan di area gambut menghasilkan kabut asap yang sulit dipadamkan dan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.

3. Polusi Tanah dan Air

Proses pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair sebanyak 2,5 metrik ton untuk setiap metrik ton minyak sawit yang diproduksi. Jika limbah ini dibuang langsung ke sungai, maka akan mencemari air tawar dan mengganggu ekosistem di hilir. Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk secara sembarangan dapat mencemari sumber air permukaan dan air tanah, yang merugikan lingkungan dan masyarakat.

4. Erosi Tanah

Penebangan hutan untuk pembukaan lahan sawit sering kali menyebabkan erosi tanah, terutama di area dengan lereng curam. Erosi ini meningkatkan risiko banjir, sedimentasi di sungai, dan kerusakan infrastruktur seperti jalan. Selain itu, area yang terkikis membutuhkan lebih banyak pupuk dan biaya perbaikan yang tinggi.

5. Perubahan Iklim

Hutan gambut tropis di Indonesia merupakan penyimpan karbon terbesar di dunia per satuan area. Namun, pengeringan dan konversi hutan gambut untuk perkebunan sawit melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer. Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan juga memperburuk emisi gas rumah kaca, menjadikan Indonesia salah satu penghasil emisi terbesar di dunia.

6. Dampak Sosial dan Ekonomi pada Masyarakat Lokal

Penelitian oleh Agus Adrianto dkk. dalam studi berjudul The Impacts of Oil Palm Plantations on Forests and People in Papua: A Case Study from Boven Digoel District (2014), menunjukkan bahwa deforestasi untuk perkebunan sawit berdampak buruk pada kehidupan masyarakat lokal di Papua. Penduduk setempat melaporkan penurunan pendapatan dari hasil hutan, kesulitan mendapatkan kayu untuk bahan bangunan, dan berkurangnya akses terhadap sumber daya alam. Selain itu, keberadaan perkebunan juga meningkatkan masalah hama seperti tikus dan ulat yang merusak tanaman lokal.

Sumber:
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “6 Dampak Deforestasi untuk Pembuatan Perkebunan Kelapa Sawit“.

Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.

Konten Terkait

Back to top button
Data Sydney
Erek erek
Batavia SDK
BUMD ENERGI JAKARTA
JAKPRO