Artikel

Emberisasi sampah: Berhenti mendzalimi public

Setiap orang atau setiap pemilik rumah, warung , sekolah, dan pemukiman lainnya tidak suka kalau ada sampah di tempat mereka,apalagi sisa makanan atau buah-buahan yang bisa membusuk.  Walaupun sampah tersebut dibuat oleh mereka sendiri, sudah menjadi kebiasaan untuk  menjauhkan sampah tersebut dari rumah kita dengan cara “menyembunyikan” sisa makanan tersebut ke dalam kantong keresek plastik untuk dibuang ke tempat sampah sambil menunggu truk pengangkut sampah.

Walaupun terlihat bersih dari luar dan kalaupun selamat dari koyakan tikus, kucing atau anjing,  kresek tersebut dalam waktu 3 hari telah berisi barang busuk dan bau yang menjadi kesukaan lalat dan belatung yang jorok.  Kalau truk sampah terlambat mengangkut, bau busuk dan kerubungan lalat tersebut terjadi di tempat sampah halaman rumah kita, dan kita mengomel kepada para petuhas.

Walaupun truk sampah datang  dan rumah kita bersih, sadarkah kita bahwa kita secara berjamaah telah memindahkkan sampah busuk dalam keresek tersebut sepanjang jalan dan ke tempat publik yang disebut tempat pembuangan sementara dan  tempat pembuangan akhir (TPS dan TPA)? akhir? .Allah tidak menyukai hambanya yang berbuat dzalim dan merusak lingkungan.

Emberisasi

Sidaus

Untuk mengurangi perilaku dzalim tersebut, kami telah 2 tahun merubah kebiasaan menyembunyikan sisa makanan ke dalam plastik kresek dengan cara menampungnya dalam sebuah ember berturup yang bisa kita beli di pasar atau super market biasa. Karena tertutup, tikus, dan lalat tidak akan datang dan bak tempat sampah kita hanya berisi sampah kering seperti karton, plastik, dan kaleng yang tidak akan menimbulkan bau walaupun terlambat diangkut oleh truk sampah. Ember bertutup tersebut dapat menampung sisa makanan sampai 3 hari asal diisi dengan air seperlunya. Ember yang telah penuh kemudian diletakkan di luar untuk diangkut oleh petugas yang menggantinya dengan ember yang telah kosong.

Baca Juga:  Why bees are climate heroes

Proses emberisasi ini telah dilakukan oleh masyarakat RW 10 Kelurahan Pondok Kopi sejak lebih dari 5 tahun yang lalu yang menampung semua sampah sisa makanan tersebut ke dalam “digester” untuk diproses menjadi gas sampah untuk memasak. Gas tersebut bisa juga untuk menjalankan genset listrik, tetapi hasilnya hanya sedikit sekali.

Lubang SIDAUS 

Untuk rumah atau pemukiman yang memiliki halaman, sampah makanan dalam ember tersebut bisa dibuang ke dalam lubang semacam biopori.  STT PLN yang dimotori oleh anak-anak D3 jurusan mesin telah membuat alat bor tanah dan model yang disebut sistim daur ulang sampah SIDAUS berupa lubang yang dibor dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 75 cm lalu dipasang pipa pralon 4 Inchi dengan tutupnya.

Sampah makanan tersebut lalu dicampur dengan dedaunan rontok yang banyak terdapat di halaman dan setelah penuh lalu ditutup untuk dibiarkan menjadi pupuk. Setelah sekitar 10 hari, maka sampah pada lubang tersebut telah berubah menjadi tanah humus atau pupuk kompos yang siap dimanfaatkan . Dibutuhkan 10 lubang sidaus atau lebih sehingga ketika lubang terakhir penuh, kita bisa memanfaatkan lubang pertama yang telah kosong kembali karena sampahnya menciut menjadi pupuk.

Alhamdulillah saya sekeluarga telah mempraktekan emberisasi dan Sidaus ini sejak 2 tahun yang silam, dengan demikian kita telah berusaha mengurangi perilaku dzalim kita dan berkah langsungnya adalah hampir tidak ada lagi belatung dan lalat di rumah dan pepohonan serta rumput di halaman selalu subur

Digester terbang

Rasa menyesal karena sisa nasi banyak yang terbuang, sedikit terobati setelah kami mencoba untuk tidak membuang sisa nasi ke dalam ember bertutup. Sebagai gantinya, kami menaburkan nasi-nasi sisa tersebut ke halaman dan Subhanallah, semakin hari semakin banyak burung seperti burung gereja, kutilang, tekukur, yang riuh rendah bunyinya setiap pagi. Allah telah menciptakan “degester terbang” berupa perut unggas yang lucu.  Lama-lama mereka hapal dengan perilaku baik kita sehingga mereka semakin jinak… memelihara burung ternyata tidak perlu dengan mengurung mereka dalam sangkar

Baca Juga:  Radical Collaborations for Innovative Urban Solutions

Semoga bermanfaat dan bisa ditiru oleh sebanyak mungkin keluarga, insya Allah berkah

Selamat melanjutkan ibadah puasa

Supriadi dan Anneke

Sumber:
https://sttplnsupriadi.blogspot.com/2018/06/emberisasi-sisa-makanan-berhenti.html

Konten Terkait

Back to top button