Hari Bumi Sedunia 2025: Sejarah, Makna, dan Seruan untuk Aksi Nyata demi Masa Depan Planet Kita

Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi (Earth Day), momen penting yang menjadi pengingat bagi seluruh umat manusia bahwa planet tempat kita berpijak ini membutuhkan perlindungan dan perhatian serius. Tahun ini, Hari Bumi 2025 jatuh pada Selasa, 22 April, menandai peringatan yang ke-55 sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1970.
Di tengah gempuran berbagai krisis lingkungan seperti perubahan iklim, deforestasi, polusi udara dan laut, serta kepunahan spesies, Hari Bumi hadir bukan sekadar seremoni, melainkan momentum global untuk mendorong tindakan nyata. Jutaan orang dari berbagai negara turun ke jalan, menyuarakan kepedulian mereka, bergabung dalam kampanye, dan terlibat dalam aksi-aksi yang bertujuan menyelamatkan bumi dari kerusakan lebih lanjut.
Namun, bagaimana asal mula Hari Bumi bisa tercipta? Apa yang melatarbelakangi peringatannya? Dan apa pesan yang ingin disampaikan pada tahun 2025 ini?
Sejarah Hari Bumi: Dari Demonstrasi Mahasiswa hingga Gerakan Global
Cikal bakal Hari Bumi bermula dari keresahan masyarakat Amerika Serikat pada era 1960-an terhadap dampak buruk aktivitas industri yang semakin tidak terkendali. Pada masa itu, polusi udara merajalela, sungai-sungai penuh limbah kimia, dan kawasan hutan banyak yang ditebangi tanpa memedulikan dampak ekologisnya. Sayangnya, isu lingkungan belum menjadi agenda utama pemerintah maupun media massa saat itu.
Salah satu tokoh penting yang berjasa besar dalam melahirkan Hari Bumi adalah Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin. Ia menyadari bahwa Bumi sedang menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi alam tanpa kendali. Terinspirasi oleh gerakan anti-perang Vietnam yang kala itu digalakkan oleh mahasiswa di seluruh kampus di AS, Nelson membayangkan bentuk protes serupa yang berfokus pada isu lingkungan.
Pada musim gugur tahun 1969, Nelson secara resmi mengumumkan rencana untuk mengadakan sebuah peringatan besar-besaran bertema perlindungan lingkungan dalam konferensi di Seattle, Washington. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, ia menunjuk Denis Hayes, seorang aktivis muda dan mantan presiden mahasiswa di Universitas Stanford, sebagai koordinator nasional kampanye Hari Bumi pertama.
Hayes kemudian bekerja membentuk staf nasional yang terdiri dari 85 orang, yang bertugas mengorganisir acara di seluruh negeri. Tanggal 22 April dipilih karena jatuh di antara liburan musim semi dan masa ujian akhir di kampus, memungkinkan partisipasi maksimal dari kalangan mahasiswa.
Hasilnya, pada 22 April 1970, lebih dari 20 juta warga Amerika—dari pelajar, aktivis, ilmuwan, guru, hingga tokoh politik—turun ke jalan dalam sebuah aksi protes damai untuk menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kondisi lingkungan. Aksi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah AS kala itu dan mendorong lahirnya berbagai kebijakan penting, seperti pembentukan Environmental Protection Agency (EPA) serta pengesahan Undang-Undang Udara Bersih, Air Bersih, dan Spesies Terancam Punah.
Hari Bumi Kini: Gerakan Global untuk Masa Depan
Seiring waktu, Hari Bumi berkembang menjadi gerakan lintas negara yang mencakup lebih dari 190 negara di seluruh dunia. Dengan dukungan teknologi dan media sosial, kampanye Hari Bumi kini mampu menjangkau miliaran orang di berbagai belahan dunia, mengedukasi publik tentang pentingnya keberlanjutan dan memobilisasi aksi kolektif.
Tahun demi tahun, tema Hari Bumi terus berubah, mencerminkan tantangan lingkungan yang berkembang. Dari isu pemanasan global, polusi plastik, hingga keberlanjutan ekosistem, setiap tema mengajak umat manusia untuk melihat ulang gaya hidup, kebijakan, dan cara kita memperlakukan alam.
Tema Hari Bumi 2025: “Planet vs. Plastik”
Untuk tahun 2025, Hari Bumi mengusung tema “Planet vs. Plastik”, sebuah seruan mendesak untuk mengakhiri ketergantungan dunia pada plastik sekali pakai. Tema ini dipilih sebagai respons terhadap krisis global sampah plastik yang mengancam ekosistem laut, mencemari tanah, dan bahkan telah ditemukan dalam tubuh manusia dalam bentuk mikroplastik.
Data terbaru menunjukkan bahwa setiap tahunnya lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi secara global, dan sebagian besar akhirnya mencemari lingkungan. Dari laut terdalam hingga puncak gunung tertinggi, plastik telah merasuki hampir seluruh bagian Bumi. Oleh karena itu, Hari Bumi 2025 menekankan pentingnya transisi menuju ekonomi sirkular, inovasi dalam kemasan ramah lingkungan, dan edukasi publik agar bijak dalam konsumsi produk berbahan plastik.
Aksi Nyata: Dari Komunitas hingga Pemerintah
Peringatan Hari Bumi bukan hanya soal wacana. Di berbagai belahan dunia, aksi konkret digelar untuk menyambut Hari Bumi. Di Indonesia, misalnya, berbagai komunitas lingkungan melakukan penanaman pohon, aksi bersih pantai, hingga edukasi lingkungan ke sekolah-sekolah.
Perusahaan pun tak mau ketinggalan. Dalam rangka Hari Bumi, beberapa korporasi menggelar kegiatan ramah lingkungan, seperti Garudafood yang menanam 1.000 pohon mangrove di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengajak wisatawan untuk mengurangi jejak karbon saat berwisata.
Semua pihak, mulai dari individu, komunitas, sektor swasta hingga pemerintah, memegang peran kunci dalam menciptakan masa depan bumi yang lebih baik.
Kenapa Hari Bumi Penting untuk Kita Semua?
Bumi bukan warisan dari generasi sebelumnya, melainkan titipan untuk generasi yang akan datang. Setiap aksi kecil—mengurangi penggunaan plastik, memilih transportasi ramah lingkungan, mendukung produk lokal dan berkelanjutan—dapat memberikan dampak besar jika dilakukan bersama.
Hari Bumi mengajak kita semua untuk merenung: apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi bumi? Bagaimana kita bisa hidup lebih selaras dengan alam?
Di tengah krisis iklim yang kian nyata, Hari Bumi menjadi panggilan bagi kita untuk berhenti menjadi penonton dan mulai berperan sebagai penjaga. Karena hanya dengan aksi kolektif, harapan akan masa depan yang berkelanjutan bisa terwujud.
Mari Jadikan Setiap Hari sebagai Hari Bumi
Hari Bumi bukan hanya tentang satu hari dalam setahun. Ia adalah gerakan berkelanjutan, pengingat bahwa kita hidup di satu planet yang sama, berbagi udara yang sama, air yang sama, dan masa depan yang sama.
Di Hari Bumi 2025 ini, mari kita bersatu untuk melawan polusi plastik, melindungi hutan dan laut, serta mendorong perubahan menuju sistem yang lebih adil dan berkelanjutan. Karena Bumi bukan hanya tempat tinggal kita—Bumi adalah rumah kita.
Selamat Hari Bumi 2025. Saatnya bertindak. Saatnya peduli. Saatnya berubah.
sumber:
https://lestari.kompas.com/read/2025/04/10/170000686/hari-bumi-sedunia–sejarah-urgensi-dan-temanya
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.