Kebijakan Lingkungan Trump Ancam Kembalikan AS ke Era Hujan Asam

Ilmuwan lingkungan Gene Likens, yang pertama kali mengidentifikasi fenomena hujan asam di Amerika Utara pada 1960-an, memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) berisiko kembali mengalami hujan asam akibat kebijakan Donald Trump yang mengabaikan perlindungan lingkungan. Dalam wawancara dengan The Guardian (27/3/2025), Likens menyatakan bahwa pengurangan agresif terhadap regulasi emisi dari pembangkit listrik, kendaraan, dan industri dapat memicu kembalinya masalah lingkungan ini.

Ancaman Kembalinya Hujan Asam

Likens, yang masih terlibat dalam proyek pemantauan kualitas air hujan sejak 1976, mengungkapkan kekhawatirannya atas pemotongan anggaran program penelitian lingkungan oleh pemerintahan Trump. “Saya sangat khawatir hal ini bisa terjadi. Pemangkasan dana sangat mengkhawatirkan,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya udara bersih, air yang tidak tercemar, dan tanah yang sehat bagi generasi mendatang.

Dampak Buruk Hujan Asam di Masa Lalu

Pada 1980-an, hujan asam menjadi masalah serius di AS, dengan tingkat keasaman curah hujan 10 kali lebih tinggi dari normal. Penyebab utamanya adalah emisi sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NOₓ) dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri. Dampaknya meliputi:

• Pencemaran danau dan sungai, membuat air terlalu asam untuk kehidupan ikan dan amfibi.
• Degradasi tanah akibat hilangnya nutrisi.
• Kerusakan tanaman, hutan, serta infrastruktur bangunan.

Tekanan publik akhirnya mendorong pemerintah AS mengesahkan amandemen Clean Air Act (UU Udara Bersih) pada 1990, yang berhasil mengurangi polusi secara signifikan.

Kemajuan yang Terancam

Berkat regulasi ketat, tingkat keasaman hujan di AS turun hingga 85% sejak 1970-an. Namun, Likens menegaskan bahwa tanah di beberapa wilayah, seperti White Mountains, masih belum pulih sepenuhnya. Jika pemerintahan Trump melonggarkan kontrol emisi, kemajuan ini bisa terancam.

“Jika kontrol emisi dikendurkan, kita akan menghancurkan kisah sukses ini,” tegas Likens.

Sumber: Kompas.com