Kerusakan Hutan di Sumbawa Picu Erosi dan Bencana Beruntun, BPBD NTB Tawarkan Solusi Ekonomi

Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menghadapi krisis lingkungan akibat kerusakan hutan yang masif. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB menyatakan, alih fungsi hutan untuk ladang jagung telah mempercepat erosi, memicu longsor, banjir bandang, dan kerusakan infrastruktur.
Dampak Nyata: Dari Banjir hingga Kekeringan Ekstrem
Kepala BPBD NTB Ahmadi menjelaskan, pembukaan ladang jagung hingga ke puncak bukit karst menghilangkan vegetasi penahan air. “Akarnya serabut, tidak mampu menahan air hujan. Akibatnya, longsor dan banjir merendam pemukiman,” ujarnya di Mataram (4/4/2025).
Data menunjukkan, sejak 2012, bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor terjadi rutin tiap musim hujan. Sebaliknya, musim kemarau menyebabkan kekeringan parah karena tak ada vegetasi yang menyimpan air.
Solusi Ekonomi: Sengon sebagai Alternatif
BPBD NTB menawarkan pendekatan ekonomi dengan mengganti jagung menjadi pohon sengon (Albizia chinensis). Tanaman ini mampu:
- Memperbaiki tanah melalui pengikatan nitrogen.
- Melindungi lereng dari erosi.
- Memberi nilai ekonomi tinggi (Rp400 juta/hektare saat panen usia 4 tahun).
“Kita tidak bisa melarang, tapi beri alternatif. Sengon bisa ditanam tumpang sari dengan jagung,” tambah Ahmadi.
Bencana yang Terus Berulang
Pada Desember 2024–Februari 2025, banjir dan longsor di Sumbawa merusak jalan, jembatan, sekolah, dan lahan pertanian. BPBD menekankan, pemulihan hutan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi perlu kolaborasi dengan masyarakat melalui insentif ekonomi.
Peringatan untuk Masa Depan
Kasus Sumbawa menjadi contoh nyata dampak alih fungsi hutan. Tanpa intervensi cepat, siklus bencana akan terus berulang, mengancam ketahanan pangan dan keselamatan warga.
Sumber: Kompas.com
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.