KLHK: Keanekaragaman Hayati Hadapi Ancaman Kepunahan Serius
Keanekaragaman hayati di dunia tengah menghadapi ancaman kepunahan yang sangat serius. Berdasarkan laporan terbaru, angka kelimpahan spesies vertebrata (hewan dengan tulang belakang) mengalami penurunan drastis, mencapai 58 persen antara tahun 2017 hingga 2022. Tidak hanya itu, spesies ikan dan organisme air tawar juga menunjukkan tren penurunan yang signifikan, mencapai 81 persen selama periode 1970 hingga 2020. Data ini mengungkap bahwa kepunahan yang sedang berlangsung terjadi pada tingkat yang jauh lebih cepat dibandingkan kepunahan alami—bahkan hingga seribu kali lipat lebih cepat.
Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyatakan bahwa situasi ini dapat dikategorikan sebagai krisis. Dalam sesi diskusi Youth Conservation Fest 2024 di Jakarta, ia mengingatkan bahwa Indonesia pernah mengalami kepunahan spesies ikonik, seperti harimau jawa dan harimau bali, yang sudah punah jauh sebelum banyak manusia menyadarinya.
Urgensi Konservasi
Seiring dengan semakin banyaknya spesies yang terancam punah, strategi konservasi menjadi sangat penting untuk menekan laju kepunahan. Menurut Satyawan, salah satu indikator keberhasilan upaya konservasi adalah menurunnya laju kepunahan spesies di Indonesia dan dunia. Selain itu, indikator lain yang tak kalah penting adalah menjaga keutuhan keanekaragaman hayati fungsional atau functional biodiversity, yang berperan dalam menjaga ekosistem tetap utuh seperti kondisi aslinya.
Satyawan menekankan bahwa banyak ekosistem alami telah diubah menjadi lahan buatan, seperti hutan yang dialihfungsikan menjadi sawah, kota, hingga perkebunan kelapa sawit. Meskipun perubahan ini memberikan manfaat ekonomi, ia memperingatkan bahwa terlalu banyak mengubah ekosistem asli akan menimbulkan konsekuensi besar. Oleh karena itu, pembatasan perubahan ekosistem menjadi hal yang mendesak dilakukan demi keberlanjutan keanekaragaman hayati.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Untuk menghadapi krisis keanekaragaman hayati ini, tindakan segera diperlukan dari semua pihak—baik pemerintah, masyarakat, maupun industri. Konservasi tidak lagi menjadi tanggung jawab satu sektor saja, melainkan merupakan tugas bersama yang memerlukan komitmen jangka panjang untuk melindungi bumi dan seluruh isinya.
Dengan semakin mendesaknya situasi ini, langkah-langkah konservasi perlu lebih dikuatkan untuk mencegah kehilangan lebih banyak spesies dan memastikan ekosistem tetap seimbang dan berfungsi dengan baik. Sebagai salah satu negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga masa depan ekosistem global.
Krisis kepunahan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa waktu kita untuk bertindak semakin terbatas. Menjaga keanekaragaman hayati bukan hanya soal melindungi spesies, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem yang kita butuhkan untuk bertahan hidup. Konservasi harus menjadi prioritas bersama untuk mencegah bencana lingkungan yang lebih besar di masa depan.
Sumber: