Berita

Kota-kota di Seluruh Dunia Tidak Siap Untuk Menghadapi Dampak Perubahan Iklim

Laporan terbaru berjudul “Urban Pulse: Identifying Resilience Solutions at the Intersection of Climate, Health, and Equity” mengungkapkan bahwa kota-kota di seluruh dunia tidak siap untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Laporan ini disusun oleh Yale School of Public Health (YSPH), Resilient Cities Network, dan The Rockefeller Foundation, berdasarkan survei terhadap hampir 200 pemimpin kota di 118 kota dan 52 negara. Survei tersebut mengukur kesiapan mereka dalam menangani ancaman terkait perubahan iklim.

Saat ini, setengah dari populasi dunia tinggal di kota, dan proporsi ini diperkirakan akan meningkat hingga 70 persen pada tahun 2050. Dengan populasi perkotaan yang semakin besar, kekurangan ruang hijau yang berfungsi untuk mendinginkan lingkungan, serta infrastruktur yang sudah tua dan rentan terhadap banjir serta cuaca ekstrem, banyak kota di dunia yang belum siap menghadapi tantangan perubahan iklim.

Perlunya Tindakan Proaktif

Laporan ini menekankan pentingnya tindakan proaktif dalam membangun ketangguhan kota terhadap perubahan iklim, terutama untuk melindungi kesehatan masyarakat. Data survei menunjukkan bahwa kurang dari separuh kota yang disurvei memiliki rencana ketahanan iklim, sementara hanya satu dari empat yang memiliki rencana yang secara spesifik mengaitkan perubahan iklim dengan kesehatan masyarakat. Jeannette Ickovics, penulis utama laporan ini, menekankan bahwa respons kesehatan terhadap perubahan iklim sangat penting bagi kesehatan global.

Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik kota, tetapi juga pada kesehatan penduduknya, termasuk kesehatan mental. Beberapa kota seperti Rio de Janeiro dan Ho Chi Minh diprediksi akan mengalami peningkatan risiko penyakit seperti demam berdarah karena pertumbuhan populasi nyamuk yang disebabkan oleh perubahan iklim. Sementara itu, kota-kota pesisir seperti Miami dan Dubai akan menghadapi ancaman banjir yang lebih sering dan parah akibat kenaikan permukaan laut.

Baca Juga:  Subsidi Ramah Lingkungan: Tantangan dan Peluang dalam Mewujudkan Keberlanjutan

Ancaman yang Tidak Proporsional

Lauren Sorkin, direktur eksekutif Resilient Cities Network, menyatakan bahwa perubahan iklim menimbulkan risiko kesehatan yang serius, terutama bagi populasi rentan. Kota-kota di seluruh dunia sudah mulai menyadari hal ini, tetapi respons yang efektif masih terbatas. Untuk mengatasi tantangan ini, kota perlu memprioritaskan kesehatan dalam rencana adaptasi perubahan iklim mereka.

Rekomendasi untuk Membangun Ketangguhan

Peneliti menyusun beberapa rekomendasi sebagai panduan untuk memperkuat ketangguhan kota dalam menghadapi perubahan iklim. Rekomendasi tersebut antara lain:

  1. Identifikasi Ancaman Iklim Terbesar: Kota perlu mengidentifikasi ancaman iklim yang paling berisiko bagi populasi rentan, seperti banjir, badai, dan gelombang panas, serta melaksanakan program adaptasi berbasis data.
  2. Penghijauan dan Dukungan Kesehatan: Implementasi inisiatif penghijauan dan dukungan kesehatan berbasis komunitas untuk mengatasi kesehatan, iklim, dan kesetaraan secara bersamaan.
  3. Investasi dalam Energi Hijau: Investasi pada energi hijau dan sistem hemat energi guna mendukung ekonomi nol karbon.
  4. Peringatan Dini: Memperkuat mekanisme peringatan dini untuk bencana terkait iklim.
  5. Kolaborasi Antarkota: Membangun kolaborasi global untuk berbagi praktik terbaik dalam memerangi ancaman iklim.

Kota-kota di dunia menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan dampak perubahan iklim. Ketahanan kota harus dibangun melalui rencana yang matang dan kolaborasi yang kuat. Memperkuat ketahanan tidak hanya tentang melindungi infrastruktur, tetapi juga tentang menjaga kesehatan penduduk dan menciptakan kota yang lebih adil, berkelanjutan, dan layak huni.

Sumber:

https://lestari.kompas.com/read/2024/10/02/200847386/kota-kota-di-dunia-tidak-siap-hadapi-dampak-perubahan-iklim

Konten Terkait

Back to top button