Berita

Krisis Air dan Perubahan Iklim Jadi Ancaman Dunia, Perlu Kolaborasi

Menjelang World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan berlangsung di Bali pada tanggal 18-25 Mei 2024, Indonesia bergerak aktif dalam persiapan forum internasional yang berfokus pada isu keadilan air. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers virtual pada 1 April 2024, menekankan bahwa forum ini akan mengupas tuntas cara-cara menciptakan akses, ketersediaan, dan kualitas air yang adil di seluruh dunia. Dengan tema utama “Air untuk Kesejahteraan Bersama,” forum ini bertujuan mencari solusi kolaboratif untuk mengatasi ketidakmerataan sumber daya air yang saat ini menjadi masalah global.

Perubahan iklim dan variabilitas iklim membawa dampak signifikan terhadap kondisi air di seluruh dunia, memicu situasi ekstrem yang berdampak pada pangan, kesehatan, dan energi. Data dari World Meteorological Organization (WMO) tahun 2022 menunjukkan bahwa sebagian besar aliran sungai dan waduk mengalami kekeringan yang lebih parah dari kondisi normal, dipicu oleh peningkatan evapotranspirasi dan penurunan kelembapan tanah selama musim panas.

Cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di Asia dan Oseania, tetapi juga menciptakan kontras hidrologis yang signifikan di Afrika. Kekeringan parah di bagian selatan Afrika menimbulkan ancaman serius terhadap ketahanan pangan bagi 21 juta orang, sementara banjir besar terjadi di cekungan Niger dan wilayah pesisir Afrika Selatan, menunjukkan ketidakseimbangan ekstrem dalam distribusi air.

Indonesia sendiri menghadapi tantangan serupa, dengan beberapa wilayah mengalami kekeringan sementara wilayah lain dilanda banjir besar. Kondisi ini menandakan bahwa masalah distribusi air menjadi isu global yang merata.

Dwikorita Karnawati menggarisbawahi bahwa jika masalah ini diabaikan, proyeksi untuk pertengahan abad ke-21, yaitu tahun 2050, menunjukkan peningkatan kerentanan terutama pada kawasan penyedia pangan. Ia menegaskan bahwa tanpa kesadaran dan kerja sama global, semua negara, baik maju, berkembang, maupun negara kepulauan kecil, akan menghadapi dampak yang tidak diskriminatif dari krisis air. Dengan demikian, WWF ke-10 di Bali diharapkan menjadi momentum penting untuk membangun kesadaran dan kerja sama internasional dalam menghadapi krisis air global.

Baca Juga:  Bincang Santui - AIR, Kecil Jadi Kawanโ€ฆ Besar Jadi Lawanโ€ฆ

sumber :
https://lestari.kompas.com/read/2024/04/02/201733186/krisis-air-dan-perubahan-iklim-jadi-ancaman-dunia-perlu-kolaborasi

Konten Terkait

Back to top button