Mahasiswa ITB Bangun Biofilter Ramah Lingkungan, Solusi Sanitasi di Desa Cikahuripan, Sumedang
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) telah melaksanakan program pengabdian masyarakat dengan membangun Biofilter Ramah Lingkungan (bioraling) di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Proyek ini berlangsung dari Mei hingga Juli 2024, dengan tujuan utama meningkatkan akses sanitasi yang aman dan bersih bagi warga desa, khususnya di Kampung Lebak Kaso.
Program ini mencakup beberapa kegiatan, seperti pembuatan media tumbuh bakteri dan pembangunan teknologi pengolahan air limbah domestik berskala komunal, yang dinamai bioraling. Selain itu, kegiatan kemasyarakatan juga dilibatkan untuk mengedukasi warga mengenai pentingnya sanitasi yang baik.
Sanitasi yang memadai sangat penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan masyarakat, terutama untuk mencegah penyebaran penyakit. Namun, menurut data Kementerian Kesehatan, masih ada sekitar 5% rumah tangga di Indonesia yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS), terutama di daerah perdesaan. Banyak juga tangki septik yang tidak dikelola dengan benar, menyebabkan pencemaran air tanah yang digunakan sehari-hari. Karena keterbatasan infrastruktur di pedesaan, diperlukan teknologi sanitasi yang tepat guna untuk mengatasi masalah ini.
Biofilter Ramah Lingkungan (bioraling) merupakan solusi teknologi sanitasi yang murah dan efektif. Biofilter ini menggunakan botol air minum dalam kemasan (AMDK) bekas sebagai media tumbuh bakteri. Desain bioraling terdiri dari tiga kompartemen: kompartemen pertama berfungsi memisahkan padatan dan melakukan biodegradasi secara anaerobik, sedangkan kompartemen kedua dan ketiga berisi media filter dan melanjutkan proses penguraian secara anaerobik serta pemisahan padatan lanjutan.
Kegiatan dimulai dengan transect walk, yaitu kegiatan observasi untuk mengidentifikasi area yang rentan terhadap pencemaran di desa. Setelah itu, pembuatan media bioraling dimulai, melibatkan sekitar 30 warga, termasuk ibu-ibu dan anak-anak Kampung Lebak Kaso. Dalam pembuatan bioraling, tim menggunakan 100 kilogram botol AMDK bekas yang tidak hanya bermanfaat untuk teknologi biofilter, tetapi juga membantu mengurangi sampah plastik yang biasanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Menurut salah satu anggota tim, Raihan Zhafar, proyek ini tidak hanya memberikan solusi terhadap masalah sanitasi di desa, tetapi juga menunjukkan bahwa inovasi sederhana dan berbiaya rendah dapat memberikan dampak signifikan. Diharapkan, keberhasilan proyek ini dapat menginspirasi masyarakat lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan bersama-sama meningkatkan kualitas hidup.
Proyek biofilter ini memberikan contoh nyata bagaimana teknologi yang ramah lingkungan dapat diterapkan secara efektif di daerah perdesaan untuk meningkatkan kondisi sanitasi, mengurangi pencemaran, dan mendorong keberlanjutan.
sumber :