Manual pengukuran karbon biru mangrove

Sebagai salah satu ekosistem lahan basah pesisir, mangrove mampu menyimpa karbon dalam jumlah besar pada bagian biomassa dan terutama tanah. Mangrove menyimpan cadangan karbon pada bagian atas permukaan, bawah permukaan, nekromassa, dan tanah (Gambar 1). Pada tingkat global, mangrove dapat menyimpan karbon sekitar 8 Pg C (Donato et al. 2011), lebih tinggi dari padang lamun 4,2 – 8,4 Pg C (Fourqurean et al. 2012) dan rawa pasang surut sebesar ~0,8 Pg C (Pendleton et al. 2012).
Hutan mangrove di Indonesia memiliki jumlah karbon yang signifikan hingga 3,14 Pg C (Murdiyarso et al. 2015). Dengan kontribusi mangrove Indonesia yang mendekati setengah dari simpanan karbon global, penting untuk menilai potensi cadangan karbon dan emisi atau penyerapan ekosistem mangrove di Indonesia. Komponen dan diagram perhitungan cadangan karbon dan emisinya secara sederhana ditampilkan pada Gambar 2.
Dalam konteks perubahan iklim, kawasan mangrove Indonesia seluas 3.364.080 ha berpotensi menjadi salah satu ekosistem kunci yang berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia. Oleh karenanya, pengukuran cadangan karbon mangrove penting dilakukan untuk mengetahui peranannya dalam mitigasi perubahan iklim. Penilaian ini perlu didukung dengan prosedur pengukuran yang terstandardisasi secara global agar hasil studi konsisten, dapat dibandingkan antar wilayah, dan dapat dipercaya pada level internasional. Secara umum, inventarisasi data GRK nasional pada manual ini mengikuti lima prinsip-prinsip kunci, yaitu Transparency, Accuracy, Completeness, Comparability, and Consistency (TACCC). Dalam hal Transparency, asumsi dan metode pengukuran yang digunakan harus dijelaskan secara terperinci. Data juga harus memiliki Accuracy yang tinggi, diperoleh dengan penggunaan metodologi sesuai pedoman Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sehingga ketidakpastian hasil dapat dikurangi. Inventarisasi juga perlu dilakukan pada semua sumber/rosot (sources/sinks) GRK dan meliputi seluruh wilayah proyek sehingga Completeness data pengukuran dapat tercapai. Dalam kaitannya dengan Comparability, setiap negara harus menggunakan metode dan format yang telah disepakati, sehingga hasil data dapat dibandingkan antar negara. Terakhir, inventarisasi
yang dilakukan harus menggunakan metode yang sama untuk semua tahun pengukuran, sehingga data yang disajikan memiliki Consistency yang tinggi.
Temukan peta dengan kualitas terbaik untuk gambar peta indonesia lengkap dengan provinsi.