Artikel

Mengenal Sampah Organik dan Manfaatnya untuk Lingkungan

Sampah adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang sulit dihindari. Setiap orang, tanpa disadari, menghasilkan sampah dalam berbagai bentuk, dari sisa makanan hingga kemasan barang. Salah satu jenis sampah yang paling umum adalah sampah organik. Namun, apa sebenarnya sampah organik itu? Mengapa penting untuk mengelolanya dengan benar? Mari kita simak lebih lanjut.

Apa Itu Sampah Organik?

Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti sisa tanaman, hewan, dan manusia. Sampah ini mudah terurai secara alami oleh mikroorganisme menjadi bahan yang bermanfaat bagi lingkungan. Karena sifatnya yang mudah membusuk dan terurai, sampah organik tidak hanya menghasilkan limbah, tetapi juga dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna.

Menurut buku Throwbinc the Recycling Process of Organic Waste yang ditulis oleh Gina Cynthia Raphita Hasibuan dan tim, sampah organik adalah kategori sampah yang dapat terurai kembali ke dalam tanah, menjadi bagian dari siklus alami yang berkelanjutan.

Jenis-Jenis Sampah Organik

Sampah Organik

Sampah organik dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu sampah organik kering dan sampah organik basah.

Sampah Organik Kering

Sampah organik kering adalah jenis sampah yang memiliki kandungan air rendah. Jenis ini biasanya berasal dari bagian tanaman yang tidak lagi mengandung banyak air atau kelembapan. Berikut beberapa contoh sampah organik kering:

  • Dedaunan kering: Biasanya ditemukan di pekarangan atau taman setelah daun gugur dari pohonnya.
  • Alang-alang: Rumput atau tanaman liar yang mengering setelah dipotong.
  • Bonggol jagung: Sisa dari bagian tengah jagung setelah bijinya diambil.
  • Sabut kelapa: Serat-serat kasar yang berasal dari kulit luar kelapa.
  • Jerami: Sisa tanaman padi yang sudah dipanen.
  • Cangkang buah kopi: Kulit luar dari biji kopi yang telah diolah.
  • Kertas: Meskipun sering dianggap sebagai sampah anorganik, kertas sebenarnya terbuat dari bahan organik seperti kayu, sehingga bisa dikategorikan sebagai sampah organik kering.
  • Kayu dan Ranting Pohon: Sisa dari pemangkasan pohon atau batang kayu kecil.
  • Batok Kelapa: Cangkang keras dari buah kelapa.
  • Serbuk kayu atau serbuk gergaji: Hasil dari proses pemotongan atau penggergajian kayu.
  • Kulit Telur: Sisa dari telur yang telah digunakan.

Sampah Organik Basah

Sampah organik basah, sebaliknya, memiliki kandungan air yang tinggi dan mudah membusuk. Ini biasanya terdiri dari sisa makanan dan limbah dapur lainnya. Contoh sampah organik basah meliputi:

  • Kulit buah: Sisa-sisa kulit dari berbagai macam buah-buahan.
  • Biji buah: Seperti biji mangga, alpukat, atau durian.
  • Sisa sayur-sayuran: Bagian sayuran yang tidak terpakai, seperti tangkai, kulit, atau daun luar.
  • Sisa makanan: Nasi, lauk-pauk, atau makanan lain yang tidak habis dimakan.
  • Kotoran hewan: Feses dari hewan ternak seperti sapi, kambing, atau ayam.
  • Bangkai hewan: Hewan mati yang belum diolah atau dikubur.
  • Ampas kelapa: Sisa dari proses pembuatan santan.
  • Ampas teh atau kopi: Sisa dari pembuatan minuman teh atau kopi.
Baca Juga:  KOMITMEN TRANSISI ENERGI

Manfaat Mengelola Sampah Organik

Sampah organik memiliki potensi yang besar jika dikelola dengan baik. Berikut beberapa manfaat dari pengelolaan sampah organik yang bisa Anda coba di rumah:

1. Pupuk Kompos: Menyuburkan Tanah secara Alami

Mengubah sampah organik menjadi kompos adalah cara yang efektif untuk mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir sekaligus memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos organik kaya akan zat hara yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air. Ini sangat berguna bagi mereka yang memiliki kebun atau taman di rumah.

2. Pakan Ternak: Solusi untuk Nutrisi Ternak

Sampah organik juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Misalnya, sisa sayuran dan buah-buahan bisa diberikan kepada hewan ternak seperti sapi, kambing, atau ayam. Kandungan nutrisi dalam sisa makanan ini dapat membantu pertumbuhan ternak menjadi lebih sehat. Ini juga bisa menjadi solusi yang ekonomis bagi peternak.

3. Biogas: Energi Ramah Lingkungan

Kotoran hewan dan beberapa jenis sampah organik basah bisa diolah menjadi biogas. Biogas adalah gas metan yang dihasilkan dari proses fermentasi sampah organik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Gas ini bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau menghasilkan listrik. Dengan memanfaatkan sampah organik untuk biogas, kita tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

4. Kerajinan Tangan: Menambah Nilai Ekonomi

Batok kelapa dan bahan organik lainnya bisa diubah menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi. Mulai dari peralatan dapur seperti mangkok kecil dan cangkir, hingga barang-barang dekoratif seperti lampu atau hiasan dinding, semua bisa dibuat dari bahan-bahan alami ini. Kerajinan dari bahan organik tidak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga membuka peluang usaha bagi masyarakat.

Baca Juga:  Peran Gen Z dalam Pengembangan Energi Berkelanjutan

Cara Mengelola Sampah Organik: Membuat Kompos di Rumah

Membuat kompos di rumah adalah salah satu cara paling sederhana dan bermanfaat untuk mengelola sampah organik. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Anda ikuti:

Alat dan Bahan yang Diperlukan:

  • Air secukupnya
  • Tanah
  • Sampah organik seperti sisa makanan atau sayuran
  • Sarung tangan
  • Wadah berukuran besar dengan penutup (seperti tong atau ember)
  • Arang sekam (opsional)
  • Kapur
  • EM4 (efektif mikroorganisme 4) sebagai tambahan

Langkah-langkah Pembuatan Kompos:

  1. Siapkan Sampah Organik: Kumpulkan sampah organik seperti sisa makanan, kulit buah, dan sayuran. Pastikan sampah ini terpisah dari bahan-bahan anorganik seperti plastik atau logam.
  2. Siapkan Wadah: Gunakan wadah besar yang dilengkapi dengan penutup. Wadah ini bisa berupa tong, ember, atau kotak kompos. Pastikan wadah memiliki ventilasi yang baik agar udara dapat masuk.
  3. Lapisi dengan Tanah: Masukkan tanah ke dalam wadah sebagai lapisan dasar. Ketebalan tanah ini bisa disesuaikan dengan jumlah sampah yang akan diolah.
  4. Tambahkan Sampah Organik: Letakkan sampah organik di atas lapisan tanah. Jika Anda menggunakan arang sekam dan kapur, campurkan dengan sampah organik sebelum dimasukkan ke dalam wadah.
  5. Siram dengan Air dan EM4: Siram lapisan sampah dengan air secukupnya, lalu tambahkan EM4 untuk mempercepat proses penguraian. EM4 adalah campuran mikroorganisme yang membantu mempercepat fermentasi dan pembentukan kompos.
  6. Tambahkan Lapisan Tanah: Tutup lapisan sampah dengan tanah lagi. Tanah ini berfungsi sebagai penutup untuk mengurangi bau dan menjaga proses pengomposan tetap berjalan.
  7. Tutup Wadah dan Biarkan: Tutup wadah dengan rapat dan biarkan selama sekitar tiga minggu. Pastikan wadah tersebut ditempatkan di area yang tidak terkena air hujan dan sinar matahari langsung.

Mengelola sampah organik bukan hanya membantu mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke TPA, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Dengan sedikit usaha, sampah organik bisa diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat, seperti kompos, pakan ternak, biogas, atau bahkan produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi.

Mulailah dari hal kecil di rumah Anda, seperti memisahkan sampah organik dan anorganik, dan mencoba membuat kompos sendiri. Langkah kecil ini dapat memberikan dampak besar bagi kelestarian lingkungan.

Sumber:

 https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7337926/20-contoh-sampah-organik-dalam-

Konten Terkait

Back to top button