Merawat sistem irigasi demi ketahanan pangan di Bumi Ruwa Jurai
Di Provinsi Lampung, terutama di Sai Bumi Ruwa Jurai, perawatan sistem irigasi yang merupakan peninggalan kolonial Belanda menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan. Salah satu contohnya adalah Bendung Agroguruh, yang berdiri kokoh sekitar 7 kilometer dari Bandara Radin Inten II Lampung.
Bendungan ini, yang dibangun antara tahun 1930 dan 1935, menjadi simbol sejarah karena berperan dalam mengairi lahan pertanian seluas 20.600 hektar. Meskipun pembangunannya sempat terhenti akibat perang dunia, proyek ini akhirnya selesai pada tahun 1963.
Bendung Agroguruh tidak hanya berfungsi sebagai sumber air bagi daerah irigasi Sekampung, tetapi juga menyediakan air baku bagi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Bandarlampung. Saat ini, bendungan ini terdiri dari 13 pintu air yang mengatur debit air dengan menggunakan mesin.
Selain itu, ada juga irigasi lain yang merupakan peninggalan Belanda, seperti Irigasi Way Tebu yang dibangun sejak 1926. Irigasi ini mampu menyediakan air irigasi untuk lahan pertanian seluas 5.298 hektar, yang membentuk Way Tebu Sistem.
Pemerintah terus melakukan revitalisasi dan pemeliharaan terhadap sistem irigasi ini setiap tahunnya. Kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten sangat penting dalam menjaga efektivitas pengairan.
Dengan menjaga sistem irigasi dan bendungan ini, diharapkan Lampung dapat menjadi daerah yang tahan terhadap krisis air dan mendukung ketahanan pangan nasional. Lampung sendiri merupakan salah satu daerah dengan produksi padi terbesar di Indonesia, dengan produksi mencapai 3,3 juta ton pada tahun 2022.
sumber :