Pembasahan Kembali Lahan Gambut: Solusi Efektif Menurunkan Emisi Karbon dan Mitigasi Perubahan Iklim
Restorasi lahan gambut melalui pembasahan kembali atau rewetting telah terbukti sebagai solusi efektif dalam menurunkan emisi karbon dioksida (CO₂) secara signifikan, menjadikannya salah satu strategi penting dalam mitigasi perubahan iklim. Menurut Nisa Novita, Senior Manager Karbon Hutan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), metode pembasahan tersebut dilakukan melalui pembangunan sekat kanal di perkebunan sawit yang berada di lahan gambut. Hasilnya tidak hanya menurunkan emisi CO₂, tetapi juga tidak menimbulkan emisi metana, gas rumah kaca lain yang berbahaya, sebagaimana dikutip dari Antara pada Rabu (11/9/2024).
Potensi Besar Restorasi Gambut dalam Mitigasi Iklim
Lahan gambut tropis Indonesia adalah salah satu ekosistem paling penting di dunia dalam penyimpanan karbon. Gambut menyimpan karbon dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan ekosistem hutan tropis di lahan mineral atau mangrove. Namun, sayangnya, sebagian besar lahan gambut di Indonesia telah mengalami deforestasi dan dikonversi menjadi lahan perkebunan, terutama kelapa sawit. Kondisi ini mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global.
Dalam riset yang dilakukan YKAN bersama beberapa institusi ternama seperti Universitas Tanjungpura, IPB University, BRIN, dan Stanford University, disampaikan bahwa lahan gambut yang dikeringkan dan terdegradasi dapat berkontribusi hingga 5 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK) global yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu, upaya restorasi lahan gambut melalui pembasahan kembali sangat krusial untuk menekan emisi karbon ini.
Riset Bersama Berbagai Institusi
Penelitian ini dilakukan di tiga area berbeda di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya. Area penelitian mencakup lahan sawit yang telah dikeringkan, lahan sawit yang telah dibasahi kembali, serta hutan sekunder yang telah mengalami pemulihan alami.
Peneliti mengukur aliran gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida dan metana, menggunakan metode dynamic closed chamber serta memantau suhu tanah, tinggi muka air tanah, dan parameter iklim lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembasahan kembali lahan gambut melalui pembangunan sekat kanal dapat mengurangi laju dekomposisi gambut hingga 34 persen dibandingkan lahan gambut yang tidak dibasahi. Ini berarti, lahan gambut yang terdegradasi dapat kembali berfungsi sebagai penyimpan karbon yang efektif.
Dampak Nyata Tanpa Emisi Metana
Salah satu keuntungan utama dari pembasahan kembali lahan gambut ini adalah tidak adanya efek emisi metana, gas rumah kaca yang dikenal lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida dalam hal pemanasan global. Dalam banyak kasus, pembasahan lahan berisiko memicu pelepasan metana, namun dalam penelitian ini, metode yang diterapkan berhasil menghindari hal tersebut. Ini menjadi kelebihan yang sangat penting, karena banyak teknik restorasi lahan basah lain kerap menghasilkan emisi metana.
Nisa Novita dari YKAN menekankan bahwa pembasahan kembali lahan gambut tidak hanya berdampak positif terhadap penurunan emisi karbon, tetapi juga penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memperbaiki kondisi lahan yang terdegradasi.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meskipun pembasahan lahan gambut telah terbukti efektif dalam menurunkan emisi, tantangan utama yang dihadapi dalam implementasinya adalah skala yang sangat luas dari lahan gambut yang terdegradasi, terutama di kawasan perkebunan kelapa sawit. Diperlukan kolaborasi lebih lanjut antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, dan sektor swasta untuk memperluas penerapan teknik ini.
Selain itu, Wahyu Catur Adinugroho, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, menekankan bahwa komitmen politik dari pemerintah daerah dan pusat, serta alokasi anggaran yang memadai, juga sangat penting dalam mendukung keberhasilan program restorasi lahan gambut.
Restorasi lahan gambut melalui pembasahan kembali menawarkan solusi nyata dan efektif dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Penurunan emisi karbon yang signifikan serta keberhasilan dalam menghindari emisi metana menjadikan metode ini sebagai salah satu pendekatan yang sangat diperlukan di masa depan. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim global melalui perlindungan dan restorasi ekosistem gambutnya.
Sumber: