PNTI Jakarta, Perkenalkan Energi Green Hidrogen Solusi Revolusioner Tanggulangi masalah Bahan Bakar untuk Nelayan
Pelabuhan Pendaratan Ikan (TPI) di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, menjadi saksi peluncuran inovasi besar pada Selasa, 8 Oktober 2024. Dewan Pimpinan Wilayah Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (DPW PNTI) DKI Jakarta bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah meluncurkan perahu motor nelayan berbahan bakar hidrogen hijau atau green hydrogen. Acara yang mengusung tema Ketahanan Pangan Pesisir, Energi Terbarukan, Nelayan Sejahtera ini menunjukkan komitmen untuk mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan dalam sektor perikanan tradisional.
Menghadirkan Solusi Energi Terbarukan untuk Nelayan
Dalam sambutannya, Benny Patipellohi, Sekretaris DPW PNTI DKI Jakarta, menegaskan bahwa kunci keberhasilan konsep blue economy terletak pada inovasi teknologi berbasis energi hijau yang ramah lingkungan. Dengan kehadiran teknologi hidrogen hijau, mereka berharap bisa mengatasi tingginya biaya produksi nelayan, khususnya dalam kebutuhan bahan bakar. Inovasi ini menjadi solusi strategis bagi nelayan tradisional di Teluk Jakarta yang sering kali menghadapi masalah harga bahan bakar yang tinggi serta kelangkaan pasokan.
“Dengan adanya inovasi teknologi green hydrogen ini, kami sangat berharap dapat meringankan beban bagi nelayan yang selama ini dihadapkan pada masalah bahan bakar yang harganya lumayan tinggi dan seringkali juga menghadapi kelangkaan bahan bakar tersebut, sehingga berakibat nelayan tidak bisa melaut,” ujar Benny.
Apresiasi dari DPP PNTI: Menyebarkan Manfaat ke Seluruh Indonesia
Muhammad Husein, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (DPP PNTI), turut memberikan apresiasi atas inovasi green hydrogen ini. Ia menyampaikan bahwa inovasi ini bukan hanya menjadi langkah maju bagi DPW PNTI DKI Jakarta, tetapi juga sebagai contoh yang patut diikuti oleh daerah lain di Indonesia. PNTI berkomitmen untuk mengembangkan teknologi ini di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
“Ini suatu prestasi karya nyata yang patut diapresiasi, dan kami sebagai PNTI akan berusaha mengembangkannya di daerah lain. Melalui penggunaan bahan bakar energi green hydrogen, pendapatan nelayan di Indonesia diharapkan semakin sejahtera,” kata Muhammad Husein.
Riset Panjang yang Menghasilkan Terobosan
Perkembangan teknologi green hydrogen ini tidak terwujud dalam semalam. Deborah, seorang peneliti energi terbarukan yang terlibat dalam riset green hydrogen, menjelaskan bahwa perjalanan riset ini memakan waktu sekitar 18 tahun, mulai dari tahap awal hingga konversi udara menjadi bahan bakar green hydrogen. Setelah melalui berbagai uji coba di laboratorium maupun di lapangan, akhirnya teknologi ini siap diterapkan di kalangan nelayan tradisional.
Meski inovasi ini berpotensi besar, Deborah mengungkapkan bahwa perjalanan riset tersebut tidak selalu mendapatkan dukungan penuh dari instansi pemerintah. Namun, kehadiran PNTI Jakarta yang bersedia mencoba hasil riset ini langsung kepada para nelayan tradisional menjadi titik balik penting.
“Hingga akhirnya kami bertemu dengan PNTI Jakarta, setelah berdiskusi secara intensif, PNTI Jakarta berkenan membuka diri untuk mencoba hasil riset kami langsung ke nelayan tradisional. Alhamdulillah, terobosan revolusioner ini diterima oleh nelayan tradisional di wilayah Cilincing, dan hasilnya mereka merasa diringankan beban kebutuhan terhadap bahan bakar bagi perahu mereka,” jelas Deborah.
Uji Coba Sukses di Cilincing: Harapan Baru bagi Nelayan
Peluncuran perahu motor berbahan bakar green hydrogen ini juga disertai dengan uji coba langsung di perairan. Perahu motor milik salah seorang nelayan di Cilincing menggunakan bahan bakar hidrogen hijau yang mampu menggerakkan mesin perahu secara efisien, memungkinkan para nelayan untuk melaut dan mencari nafkah dengan biaya yang lebih hemat.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan BAPPENAS, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Dinas KKP Provinsi DKI Jakarta, Sudin KKP Jakarta Utara, Kadin Jakarta Utara, serta tokoh masyarakat dan pemuda setempat. Kehadiran mereka menunjukkan adanya sinergi antara pemerintah, organisasi nelayan, dan masyarakat dalam mendorong inovasi teknologi untuk kesejahteraan nelayan.
Energi Hidrogen: Solusi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Penggunaan hidrogen hijau sebagai bahan bakar merupakan bagian dari upaya transisi energi yang berkelanjutan. Hidrogen hijau diproduksi melalui proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, sehingga tidak menghasilkan emisi karbon. Selain ramah lingkungan, hidrogen hijau juga memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang harganya sering berfluktuasi dan terbatas ketersediaannya.
Dalam konteks nelayan tradisional di Indonesia, energi hidrogen ini tidak hanya berdampak pada penghematan biaya bahan bakar, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan pesisir. Dengan beralih ke bahan bakar yang lebih bersih, emisi gas rumah kaca dari sektor perikanan dapat berkurang, sehingga mendukung upaya mitigasi perubahan iklim yang menjadi perhatian global.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski demikian, penerapan teknologi green hydrogen di sektor perikanan tradisional masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah memastikan ketersediaan infrastruktur pengisian bahan bakar hidrogen di kawasan pesisir. Selain itu, perlu ada program pelatihan dan pendampingan bagi nelayan agar mereka dapat memahami cara menggunakan teknologi ini dengan optimal.
Benny Patipellohi dan para pemangku kepentingan lainnya berharap, dengan dukungan dari pemerintah dan pihak swasta, teknologi ini dapat semakin mudah diakses oleh nelayan di seluruh Indonesia. Mereka percaya bahwa dengan inovasi teknologi yang tepat, kesejahteraan nelayan dapat terwujud tanpa merusak lingkungan.
Potensi Pengembangan Teknologi di Wilayah Lain
Kehadiran teknologi hidrogen hijau ini membuka peluang bagi pengembangan energi terbarukan di berbagai wilayah Indonesia. Pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan bisa menjadi pusat penerapan teknologi hidrogen di masa depan. Dengan memanfaatkan potensi ini, diharapkan daerah-daerah tersebut dapat mandiri dalam hal energi sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir.
Muhammad Husein menegaskan komitmen PNTI untuk terus memperluas jangkauan teknologi ini, “Kami akan berusaha mengembangkannya di seluruh pelosok wilayah NKRI, dengan harapan besar bahwa pendapatan nelayan di Indonesia akan semakin sejahtera melalui penggunaan energi green hydrogen ini.”
Menuju Masa Depan Nelayan yang Lebih Hijau dan Sejahtera
Peluncuran perahu motor berbahan bakar hidrogen hijau di Cilincing, Jakarta Utara, bukan sekadar seremonial, melainkan langkah nyata dalam memperkenalkan teknologi ramah lingkungan kepada nelayan tradisional. Dengan inovasi ini, ada harapan baru bahwa nelayan dapat mengurangi beban biaya bahan bakar, mengatasi kendala kelangkaan bahan bakar, dan pada saat yang sama turut berkontribusi dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan pesisir.
Inisiatif ini juga menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara riset, masyarakat, dan pemerintah dapat menghasilkan solusi yang relevan dengan kebutuhan di lapangan. Dengan dukungan yang terus mengalir, semoga teknologi green hydrogen ini dapat menjadi bagian dari solusi energi masa depan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat nelayan di seluruh Indonesia.
Sumber: