Berita

Studi: 90% Mikroplastik Ditemukan di Daging Sapi, Ayam & Tahu

Sampah plastik adalah limbah yang menjadi ancaman nyata bagi penduduk bumi. Parahnya, plastik kini tidak hanya mencemari lingkungan, tapi juga sudah masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan.

Para peneliti dari Ocean Conservancy dan Universitas Toronto belum lama ini menemukan bahwa hampir 90% dari protein yang dikonsumsi manusia – termasuk ayam, daging sapi, makanan laut, babi, tahu, dan tiga alternatif nabati – mengandung mikroplastik.

Hasil ini diketahui lewat sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Environmental Pollution. Sebanyak 16 protein dibeli pada bulan April 2022 dari dua supermarket dan satu toko kelontong di wilayah Portland, Oregon, AS.

Para peneliti menemukan bahwa 88% sampel mengandung partikel plastik, yang menyiratkan bahwa manusia kemungkinan besar mengonsumsi mikroplastik, apa pun pola makannya. Mikroplastik sendiri telah lama dikaitkan dengan efek negatif terhadap kesehatan.

“Ini adalah pengingat yang mengejutkan tentang betapa parahnya polusi plastik – manusia hidup di darat, namun sampel makanan laut juga kemungkinan terkontaminasi plastik seperti halnya protein yang berasal dari darat,” kata rekan penulis studi dan ahli biologi kelautan Dr. Britta Baechler, direktur asosiasi ilmu plastik di Ocean Conservancy, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Harga daging ayam di Pasar Anyar Bogor, Jawa Barat hari ini, Senin (6/11/2023) terpantau mengalami penurunan. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Daging ayam di Pasar Anyar Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia rata-rata mengonsumsi plastik yang besarnya setara kartu kredit setiap minggunya. Tak cuma itu, partikel-partikel plastik – yang panjangnya kurang dari 5 milimeter – telah ditemukan di lautan dan awan.

“Sebagai ahli kelautan, saya dan rekan penulis sangat prihatin dengan meningkatnya krisis plastik di lautan dunia,” kata rekan penulis studi, Dr. George Leonard, kepala ilmuwan Ocean Conservancy. “Tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa plastik dalam makanan kita tidak hanya berasal dari ikan dan kerang, tetapi juga berbagai sumber protein lainnya.”

Baca Juga:  Asia Jadi Benua Terdampak Bencana Iklim Paling Parah Sepanjang 2023

Laporan Ocean Conservancy mengungkap bahwa 44% mikroplastik yang ditemukan adalah serat dan 30% merupakan pecahan.

Mikroplastik di botol air kemasan

Used plastic bottles are seen at a waste collection point in Tokyo, Japan November 21, 2018.   REUTERS/Toru Hanai
Foto: Botol plastik bekas terlihat di tempat pengumpulan sampah di Tokyo, Jepang, 21 November 2018. REUTERS / Toru Hanai

Studi lain mengungkap temuan 250.000 potongan partikel nanoplastik yang sangat kecil dan tidak terlihat ada di dalam botol kemasan. Temuan terkini itu terdeteksi dan dikategorikan untuk pertama kalinya oleh mikroskop menggunakan laser ganda.

Sebelumnya, dugaan keberadaan nanoplastik hingga mikroplastik di dalam air mineral kemasan atau botol minum sudah banyak diungkap para ahli, meski mereka belum mampu mengungkapkan jumlah dan jenisnya. Namun, temuan teranyar oleh ahli di Universitas Columbia dan Rutgers itu telah mampu menghitung jumlah dan jenisnya.

Temuan ini diperoleh dari penelitian mikroskopis laser gandar terhadap lima sampel botol dari tiga merek air minum kemasan yang umum dijual di toko-toko ritel seperti Walmart. Para peneliti itu menemukan tingkat partikel berkisar antara 110.000 hingga 400.000 per liter, rata-rata sekitar 240.000.

Partikel nanoplastik itu berukuran kurang dari satu mikron, jauh lebih kecil dibanding ukuran rambut manusia yang lebarnya sekitar 83 mikron. Penelitan itu juga mengungkapkan bahwa sekitar 10 hingga 100 kali lebih banyak nanoplastik dibandingkan mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan.

Temuan yang dipublikasikan melalui The Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) mengungkapkan sebagian besar plastik di air kemasan itu berasal dari botol itu sendiri dan filter membran reverse osmosis yang digunakan untuk mencegah kontaminan lainnya.

Konten Terkait

Back to top button