Kegiatan DML

Ulang Tahun DML ke 30

Konsep waktu itu, pengembangan lingkungan hidup sebagai kementerian negara tidak punya wewenang eksekutif. Hanya policy making, awareness creation, dan sebagainya. Logikanya, kalau kau tidak punya wewenang eksekutif, kau perlu konstituen, kaki-kaki, supporters. Di kalangan pemerintah, siapa temanmu? Di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, research, universitas. Di bidang civil society, siapa konstituenmu? Kemudian kelompok bisnis. Jadi, konstituennya pemerintah, civil society, dan bisnis.

Bisnis pada waktu itu tidak mengenal ‘lingkungan’. Saya sendiri pun tidak tahu apa itu ‘lingkungan’. Saya dibantu Prof. Soemitro Djojohadikusumo, kemudian didukung para pengusaha seperti Willem Suryajaya, Ciputra, Omar Abdala, Unilever, dan macam-macam. Mereka spontan datang.

Konsep waktu itu, pengembangan lingkungan hidup sebagai kementerian negara tidak punya wewenang eksekutif. Hanya policy making, awareness creation, dan sebagainya. Logikanya, kalau kau tidak punya wewenang eksekutif, kau perlu konstituen, kaki-kaki, supporters. Di kalangan pemerintah, siapa temanmu? Di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, research, universitas. Di bidang civil society, siapa konstituenmu? Kemudian kelompok bisnis. Jadi, konstituennya pemerintah, civil society, dan bisnis.

Bisnis pada waktu itu tidak mengenal ‘lingkungan’. Saya sendiri pun tidak tahu apa itu ‘lingkungan’. Saya dibantu Prof. Soemitro Djojohadikusumo, kemudian didukung para pengusaha seperti Willem Suryajaya, Ciputra, Omar Abdala, Unilever, dan macam-macam. Mereka spontan datang.

Membahas peran pengusaha, logikanya adalah, “Kami nggak ngerti ‘lingkungan’. Dus, tell us what to do, and what not to do. Train us, involve us.” Dan sebaliknya, mereka akan membantu usaha-usaha untuk pendidikan pelatihan yang menyangkut bisnis dengan lingkungan.

Dana Mitra Lingkungan (DML). We are friends for lingkungan, for fund mobilization, dan awareness creation serta information. Dana disalurkan ke Walhi, sehingga terbentuklah kaki di civil society. Dengan universitas, kami menggerakkan usaha-usaha analisa mengenai dampak lingkungan dan pelatihan. Dari universitas berkembang ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Baca Juga:  First Earth Run

Di pemerintahan ada juga musuhnya, perusak lingkungan, departemen pertambangan, dan macam-macam. Maka jadilah Dana Mitra Lingkungan jembatan antara pengusaha dengan pemerintah. Di kalangan pemerintah yang kemudian punya kaitan langsung adalah Soemitro Djojohadikusumo, yang kemudian jadi Menteri Perdagangan. Kemudian ada Siswono Yudhohusodo, Menteri Koperasi. DML menjadi jembatan komunikasi antara pemerintahan dengan kalangan bisnis.

Waktu itu Kadin belum begitu berkembang. Early 80an. Di Kadin ada Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda), ada international bodies, Compact (business community on sustainable development), dan macam-macam. Karena itu pertanyaan timbul, di mana positioning dari DML? Beberapa fungsi DML semula dipegang oleh Kadin, oleh Compact, oleh macam-macam.

Dan kaki Walhi (civil society) berjalan terus. Sungguh pun dibantu DML, prinsipnya adalah tetap independen. Walhi tidak mau didikte oleh DML. Tidak ada komitmen apa-apa. Sering Walhi menyerang Ciputra dalam program pembangunan Pantai Indah Kapuk dan lain-lain. Walhi berkembang menjadi cukup besar, sehingga tidak bergantung lagi pada DML. Tetapi berkembang juga lembaga-lembaga civil society yang baru.

Tahun 2013 adalah keadaan di mana karakter DML tidak lagi serupa dengan 30 tahun lalu. It’s a different animal sekarang ini. Maka pertanyaan timbul: “Ke mana DML ke depan?” Ringkasnya, pertemuan ini diharap bisa memberi indikasi, what is the niche, karakter, kekhasan, sifat yang unik dari DML ini? Yang tidak perlu overlap dengan Kadin, dengan yang lain-lain itu. Celah DML itu apa? Itu satu.

Kedua, jika dulu mitra yang diberi dana adalah Walhi. Sekarang Walhi merupakan entity yang berkembang besar, independen. Siapa partner DML dalam hal ini (civil society)? Apa the binding force dengan kalangan birokrat dan civil society? Tidak lagi kepada lingkungan an sich, tapi pada sustainable development, mencakup konsep ekonomi. Dan ekonomi bukan GDP saja, tetapi human well-being, menuju kepada poverty alleviation, equity, equality, education, health, dan kemudian lingkungan, climate change, biodiversity, air, dan sebagainya. Jadi semakin complicated.

Baca Juga:  Konperensi Nasional Produksi Bersih

Anggota DML umurnya 50an, 60an tahun. They are already old generation. Berbuat mungkin sudah agak kurang. Karena itu karakter DML 30 tahun ke depan mungkin harus soul searching. Kembali ke kitahnya: membangun constituent. Agency yang membangun generasi muda. Ini yang saya kira mungkin menjadi jalan keluar soul searching di dalam DML. Kami sengaja mengundang teman-teman yang muda. Mereka berjalan terus at their own strength. Tetapi kalau ada certainty of flow of revenue, tentu mereka akan bisa lebih sophisticated cara kerjanya.

(Sambutan Prof. Emil Salim sebagai Pendiri DML dalam perayaan HUT DML ke 30 )

Konten Terkait

Back to top button