Waste to Product
DML menerapkan konsep daur ulang sebagai kelanjutan dari program Eco Productivity, dengan mengembangkan Kemitraan Penghasil dan Pemakai Limbah (Waste to Product Partnership Program). Tujuannya adalah menciptakan peluang bisnis dan menyediakan lapangan kerja melalui bisnis daur ulang limbah.
Studi dilakukan untuk mengidentifikasi jenis limbah yang dapat diolah, jumlahnya, lokasi penemuan, metode pengolahan, hambatannya, dan strategi penyelesaiannya. Muchtadi Sjadzali, salah satu anggota Pengurus Harian DML saat itu, menyatakan bahwa nilai jual limbah tersebut telah dikalkulasikan secara detail, bahkan proses promosi dilakukan hingga membuat brosur untuk pasar potensial seperti China.
Dampak dari promosi DML di seminar dan lokakarya menghasilkan sembilan proposal Riset Unggulan Kemitraan (RUK) untuk tahun anggaran 2002, yang diajukan ke Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi oleh berbagai lembaga penelitian perguruan tinggi.
Selain limbah industri, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengolah limbah seperti kotoran sapi, batok kelapa, dan berbagai jenis plastik agar dapat memasuki pasar komersial. Pemasaran diidentifikasi sebagai kendala utama dalam bisnis daur ulang. Oleh karena itu, diperlukan institusi daur ulang yang tidak hanya menguasai teknologi dan proses, tetapi juga memiliki keahlian dalam pemasaran.
Perhimpunan Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM), yang didirikan pada tahun 1998 oleh 27 LSM termasuk DML, bertujuan untuk membentuk wadah pertemuan bagi pemimpin dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama membangun jaringan kerja, mengatasi krisis ekonomi, dan melaksanakan program Pemulihan Keberdayaan Masyarakat (PKM).